Membangun
Organisasi Dengan Cinta
A.
Definisi
Organisasi dan Cinta
1.
Organisasi
Organisasi merupakan
wadah yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang berkumpul dan memiliki tujuan
yang sama. Dalam organisasi akan dijumpai orang dengan berbagai sifat dan karakternya.
Organisasi terkadang akan kehilangan anggotanya setelah para anggota tersebut
mencapai titik kejenuhan. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan-pendekatan yang
jitu agar organisasi itu tidak tinggal nama. Perlu adanya generasi penerus yang
akan meneruskan perjuangan dalam organisasi tersebut.
Salah satu pendekatan
yang patut dikaji adalah pendekatan cinta sebagai salah satu aspek dalam
mengembangkan organisasi. Membangun organisasi dengan cinta bukan berarti bahwa
setiap orang dalam organisasi harus memiliki hubungan spesial seperti cinta
kasih layaknya sepasang kekasih atau sepasang suami istri, namun lebih fokus
pada rasa cinta akan kebersamaan yang bertujuan untuk membangun organisasi.
Kita sering menemui terkadang orang masuk dalam organisasi tidak tulus
semata-mata ingin memajukan organisasi tersebut. Bisa jadi orang masuk dan
bergabung dengan organisasi karena diminta, karena ada kepentingan, bahkan
karena keterpaksaan. Maka tidak jarang banyak organisasi yang terbentuk hanya
sebatas simbolis tanpa ada pergerakan bahkan hilang tanpa jejak.
Butuh pendekatan emosi (afeksi) dalam
membangun organisasi. Setiap pemimpin organisasi harusnya menyadari hal ini.
Jika kita lihat kasus-kasus dari beberapa organisasi yang mengalami kekisruhan
dan perpecahan akibat kepentingan ego masing-masing anggota, cukup bagi kita
mengambil kesimpulan bahwa diantara anggota organisasi kurang memiliki
kedekatan secara emosional, kurangnya kesadaran akan kebersamaan untuk mencapai
tujuan organisasi.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat pengembangan organisasi,
antara lain adalah kurang pahamnya pemimpin dan anggota organisasi akan tujuan,
visi dan misi organisasi, kurang menyatunya budaya organisasi yang dibangun
dengan budaya anggota organisasi dan kurang adanya rasa kebersamaan setiap
anggota organisasi (hubungan interpersonal). Dari ke tiga hal di atas memang
sulit untuk dikaji dari satu aspek saja, namun pendekatan cinta adalah salah
satu analisis yang mampu memberikan solusi dari permasalahan tersebut.
2.
Cinta
Cinta adalah suatu perasaan dan tingkah laku yang positif, serta
komitmen yang dimiliki seseorang guna menjaga kestabilan perasaan dan tingkah
lakunya yang dapat mempengaruhi hubungan yang sedang dijalani. Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan antara sesama manusia dengan lebih dari dua orang
bahkan lebih, tidak hanya sebatas hubungan antara dua orang yang sedang jatuh
cinta. Untuk memahami dan menguraikan cinta secara mendalam, Sternberg
memformulasikan sebuah model berkenaan dengan cinta. Teori ini dinamakan
sebagai Triangular Theory of Love atau teori triangulasi cinta
yang menjelaskan bahwa cinta dapat dipahami melalui tiga komponen yaitu :
1. Keintiman
2. Gairah
3. Komitmen.
Berdasarkan teori Sternberg mengenai tiga komponen cinta yaitu
keintiman, passion/gairah dan komitmen, merupakan salah satu kajian yang secara
tidak langsung membahas tentang pola hubungan antar manusia, hal ini justru
berhubungan dengan organisasi sebagai kumpulan dari beberapa individu.
a.
Keintiman (Intimacy)
Setiap anggota organisasi baik dari pemimpin, manajer dan karyawan
memerlukan keintiman. Intimacy atau keintiman berhubungan
dengan sisi emosi dan afeksi seseorang. Tentang kehangatan hubungan, kedekatan,
dan keterikatan pihak yang berhubungan. Dalam komponen ini, kedekatan emosional
untuk selalu berdekatan dengan orang lain didorong oleh elemen afeksi.
Seseorang yang memiliki intimacy yang tinggi dengan orang
lain sangat memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan orang sekitarnya,
menghormati dan menghargai satu sama lain, dan memiliki tingkat saling
pengertian yang tinggi. Mereka mempunyai rasa saling memiliki, selalu ingin
berbagi, saling memberi dan menerima dukungan emosional dan berkomunikasi
secara intim. Sebuah hubungan mencapai keintiman emosional dimana kedua pihak
saling terbuka, saling mengerti, saling mendukung dan tidak ada rasa takut
ditolak ketika berbicara tentang apapun. Mampu menyelaraskan nilai,
meskipun pasti ada perbedaan dalam setiap pendapat. Saling memaafkan dan
menerima ketika diantara kedua pihak ada berbuat kesalahan dan berbeda
pendapat. Hal ini sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi.
Salah satu ciri organisasi yang sehat adalah ketika individu-individu
dalam organisasi memiliki pola hubungan yang sehat. Hal ini berpengaruh
terhadap kinerja dan pola kerjasama yang akhirnya berdampak pada hasil kerja
yang dicapai. Akan tetapi organisasi harus menanamkan aturan yang jelas, agar
kedekatan yang terjalin antar sesama karyawan tidak mengurangi sikap
profesional dalam bekerja.
b.
Gairah (Passion)
Passion dalam hal ini merupakan kombinasi antara kenikmatan,
makna dan perasaan (emotion). Banyak
dari kita salah kaprah mengartikan passion hanya
berupa kenikmatan saja (gairah). Tapi melupakan sisi makna dan emotion. Padahal sesuatu yang kita
lakukan itu tidak ada artinya apabila tidak bermakna dan tidak ada perasaan
dalam melakukannya. Makna (meaning)
berhubungan dengan kepercayaan atau believe seseorang,
yang jika dikaji lebih dalam lagi adalah kepercayaan terhadap Tuhan. Emotion dalam hal ini adalah perasaaan
kita dalam menjalaninya. Banyak dari para pekerja berkata “saya kerja siang
malam banting tulang demi menghidupi keluarga”. Dari sini dapat dijelaskan
bahwa passion adalah
dorongan positif dari dalam diri untuk termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaan
dengan sebaik mungkin agar mendapatkan hasil yang maksimal. Tentu Passion berawal dari hasrat atau
ketertarikan terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Namun semuanya tergantung
dari jenis pekerjaan yang mereka lakukan. Disinilah butuh sensibilitas dari
pemimpin organisasi dalam menempatkan karyawan sesuai dengan minat, bidang dan
bakatnya, sehingga para karyawan merasa ‘bergairah’ dalam bekerja.
c.
Komitmen (Commitment)
Aspek ini adalah hal yang paling penting dalam organisasi. Setiap
organisasi membutuhkan komitmen dari individu-individu dalam organisasi. Suatu
kondisi dimana seseorang tetap bertahan dengan sesuatu atau seseorang, dimana
bertahan sampai akhir merupakan tujuan semua orang. komitmen tidak segampang
itu, komitmen tidak hanya sekedar menyetujui akan tetap bersama dalam
menghadapai kesulitan-kesulitan, komitmen itu lebih kompleks. Komitmen itu
mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga, melindungi dan
memperbaiki organisasi apabila sedang dalam masa kritis. Kedua pihak antara
organisasi dan karyawan harus saling memperhatikan kebutuhan satu sama lain.
Meletakan pekerjaan pada prioritas utama, termasuk kerelaan untuk berkorban
secara pribadi demi terciptanya hubungan yang baik dalam organisasi.
B.
Contoh
Membangun Organisasi Dengan Cinta
Contoh terdekat penjelasan
membangun organisasi dengan cinta yaitu bisa kita amati dalam kehidupan kita
sehari-hari, semisal dalam keluarga. Ayah sebagai pemimpin, ibu sebagai pembina
rumah tangga dan anak-anak sebagai anggota keluarga. Coba kita bayangkan ketika
keluarga yang dibangun tidak berdasarkan cinta, tidak ada kasih sayang, tidak
ada saling pengertian, tidak ada keintiman dan komitmen, maka keharmonisan
dalam kehidupan keluarga baik di dalam rumah apalagi diluar rumah dipastikan
tidak akan berjalan dengan baik. Bahkan tidak jarang banyak keluarga yang
secara financial mapan
namun keluarganya berantakan.
Ada sebuah syair oleh
seorang sufistik yaitu Jalaludin Rumi yang mengatakan bahwa “ kau harus hidup
di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melakukan apapun, siapa
yang hidup? Dia yang dilahirkan oleh cinta”. Begitu dahsyatnya cinta dalam
berbagai dimensi kehidupan, sehingga semua yang kita kerjakan tanpa rasa cinta
hanya akan menghasilkan materi yang tak memiliki makna dan bersifat sementara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar